Handicraft Shopping Square adalah tempat pemasaran produk handicraft secara konvensional dan modern [trade] untuk mengakomodasi perkembangan handicraft yang memiliki prospek cerah sekaligus menciptakan ruang terbuka perkotaan sebagai ruang publik yang bersifat rekreatif, atraktif, dan aksesibel.
Konsep kawasan secara makro merupakan pusat perdagangan handicraft untuk kebutuhan domestik maupun ekspor dan menjadi salah satu tempat wisata alternatif yang menawarkan produk kerajinan, sekaligus sebagai fasilitas rekreasi yang berorientasi pada ketersediaan ruang-ruang terbuka publik, sedangkan untuk konsep kawasan secra messo berarti menjadi fasilitas komersial yang mendukung peruntukan lahan sebagai kawasan strategis bagi sektor perdagangan dan akomodasi kepariwisataan. Adapun konsep kawasan secara mikro merupakan penataan kawasan yang berkarakter kreatif, atraktif, komunikatif dan rekreatif yang diperkuat dengan pola sirkulasi dan ruang terbuka [square] yang dinamis, serta kontekstual terhadap kondisi eksisting site
Handicraft Shopping Square didesain dengan konsep ruang terbuka rekreatif, dinamis, atraktif, dan memorable, hal ini dimaksudkan agar :
1. mudah dijangkau, tidak eksklusif
2. ruang terbuka merupakan tujuan pembentukan ruang
3. ruang terbuka sebagai ruang interaksi
4. ruang terbuka sebagai ruang transisi
5. penggunaan elemen lanskap arsitektur dan street furniture
Handicraft Shopping Square didesain dengan memperhatikan konsep sirkulasi dan pergerakan
a. pedestrian way : dinamis, nyaman, dan rekreatif
b. pemisahan jalur pejalan kaki dan kendaraan
Adapun konsep mengenai penampilan bangunan
a. konsep bentuk [penambahan dan pengurangan bentuk, komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan, penonjolan massa bangunan sebagai point of interest, orgasisasi cluster dan geometri dengan karakter transparan]
b. konsep tata massa [organisasi cluster membentuk pola square, perletakan massa bangunan sebagai transformasi bentuk geometri dengan penambahan dan pengurangan]
c. konsep fasade bangunan [skala bangunan dan orientasi bangunan selaras dengan komposisi bangunan sekitar, maksimal dua lantai, bentukan kontras dengan eksisting namun tetap mencirikan arsitektur lokal melalui penggunaan material lokal dan komposisi sederhana
d. entrance menjadi focal point berciri arsitektur lokal melalui pemilihan material, vegetasi, penggunaan elemen air.
Pemodelan by Danang, Konsep by Ijun (Tim Argajogja)